Judul: The Wind Leading to Love
Penulis: Yuki Ibuki
Penerbit: Penerbit Haru
Halaman: 342 halaman
Terbitan: Maret 2015
Penulis: Yuki Ibuki
Penerbit: Penerbit Haru
Halaman: 342 halaman
Terbitan: Maret 2015
Rasa sakit itu merupakan bukti kalau
kita masih hidup.
Suga Tetsuji depresi. Menuruti saran
dokter, dia mengasingkan diri di sebuah kota pesisir, di sebuah rumah
peninggalan ibunya. Namun, yang menantinya bukanlah ketenangan, tapi seorang wanita
yang banyak omong dan suka ikut campur bernama Fukui Kimiko.
Fukui Kimiko kehilangan anak dan
suaminya, dan menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebab kematian mereka
berdua. Dia menganggap dirinya tidak pantas untuk berbahagia.
Setelah menyelamatkan Tetsuji yang
nyaris tenggelam, Kimiko menawarkan bantuan pada pria itu untuk membereskan
rumah peninggalan ibunya agar layak jual. Sebagai gantinya, wanita itu meminta
Tetsuji mengajarinya musik klasik, dunia yang disukai anaknya.
***
The Wind Leading to Love. Novel fiksi
dewasa yang pertama saya baca dalam bentuk cetak. Begitu ulangan kenaikan kelas
selesai, saya langsung menyentuh novel ini dan membukanya. Dilihat dari cover,
sangat mewakili dengan setting yang ada dalam cerita. Sebuah kota yang
digunakan untuk Suga Tetsuji mengasingkan diri, gambaran laut dengan pemecah
ombak, dan beberapa kepingan CD musik klasik yang menghubungan kedua tokoh
utama.
Dan penokohannya tersampaikan sekali.
Fukui Kimiko yang banyak omong dan Suga Tetsuji yang pendiam dan terkesan acuh
tak acuh. Terkadang saya merasa kesal dengan Tetsuji, dia mudah sekali membuang
barang-barang yang menurutnya tidak penting. Padahal kan, itu bernilai tinggi. Juga pendeskripsian setting yang sangat
bagus.
Terkadang saya sedikit bosan dengan
alurnya. Peningkatan cerita yang lambat. Peng-awalan kisah mereka yang menampilkan sisi sebenarnya dari kehidupan, mengesankan seperti tak ada
cinta yang mulai tumbuh, padahal, sebenarnya memang dari kebersamaan merekalah
yang mempengaruhi perasaan mereka. Tidak tergesa-gesa. Jadi, lambat namun
menghanyutkan.
Sudut pandang yang seimbang, mengisahkan
kedua tokoh secara adil juga menyampaikan masalalu-masalalu yang pernah mereka
alami.
Kalau endingnya, saya tidak pernah
membayangkan suatu ending dari sebuah novel. Kecuali novel itu terkesan klise,
maka saya akan menebaknya. Namun, ending dalam novel ini, saya tidak
menebaknya. Setelah 331 halaman saya baca, ending novel ini menyampaikan pesan dari kehidupan.
Untuk kekurangan, tidak ada yang
benar-benar fatal. Hanya saja ada beberapa typo. Seperti pada halaman 136 dan
137 yang menuliskan tanda “~”. Juga di halaman 330 yang seharunya “Melihat”,
jadi “Mellihat”.
Cerita dalam novel ini hangat. Tapi yang
namanya kategori fiksi dewasa, tidak disarankan untuk anak dibawah umur ya.
*padahal umurku aja masih 15th-_-. Maafkan aku Ya Tuhan..*. Dan jujur saja, saya ikut malu saat membaca
adegan dari halaman 143-148. Dan ketika membaca novel ini, saya mengikuti saran Tetsuji dalam
menikmati music klasik. Saya langsung membuka list music klasik dan langsung
mendengarkannya. Dasar anak labil, mudah terpengaruh oleh novel.
“Hidup yang selalu minta maaf itu tidak baik,
kan? Padahal kau tidak melakukan kesalahan sedikitpun. …” – halaman 120
Sebenarnya saya belum cukup layak memberi nilai untuk sebuah novel. Tapi, nilai 4 dari 5, tidak terlalu merendakan
kan? Saya suka novel ini. Terimakasih Penerbit Haru yang sudah mengadakan
give-away novel ini. Ah, satu lagi.. Saya suka judul awal novel The Wind
Leading to Love, yaitu Late Summer Traviata.
Star: 4/5
Star: 4/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar