Jumat, 19 Juni 2015

Review Novel Forever Monday



Baginya cinta dan kasih sayang itu hanya dua hal fantasi yang tak pernah memberikannya kenangan manis. –hal 137

Judul: Forever Monday
Pengarang: Ruth Priscilia Angelina
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 320 halaman















Ingga akhirnya mendapatkan hati Senin untuk mnejadi pacar Eras, playboy yang punya begitu banyak pacar, satu gadis unruk satu hari. Sampai Ingga bertemu Kale, playboy lainnya yang berparas tampan
            Kale mengubah hidup Ingga, memberikan warna di hari-hari kelam gadis itu, mengajarinya bagaimana bersenang-senang dan bagaimana menyayangi dirinya sendiri. Kale membuat hati Ingga jungkir balik, membuat dunia gadis itu porak-poranda dengan segala kasih sayangnya yang aneh.
            Namun itu bukan berarti Ingga telah berpaling dari Eras. Gadis itu tetap mencintai Eras. Bahkan smpai pada saat Kale memintanya secara resmi untuk menjadi pacarnya, Ingga tetap mempertahankan posisinya sebagai pacar hati Senin-nya Eras.
            Hari-hari bergulir, di samping kisah cinta yang rumit, fakta demi fakta bermunculan. Fakta bahwa Eras dan Kale dulu adalah sahabat dekat. Dendam lama yang disimpan rapi selama bertahun-tahun kini menuntut pembalasan. Pembalasan yang akan menghancurkan hidup Ingga dan orang-orang yang disayanginya.



Kata yang mewakili setelah selesai membaca novel ini hingga selesai adalah: Menyedihkan, Tragis.

Forever Monday menjadi novel incaran saya dan akhirnya saya berhasil membelinya dengan harga yang melebihi harga asli. Harganya dinaikkan sekitar 10% *ah, lupakan. Ini tak ada hubungannya*

Kenapa saya bisa bilang bahwa novel ini menyedihkan? Konflik kisah cinta antara Ingga dan Eras cukup membuat hati nyeri. Percakapan sewaktu mereka berbincang terlalu blak-blakan, hingga membuat hati saya nyeri. Ditambah munculnya Kale yang membuat kisah cinta ini menjadi cinta segitia. Namun, cinta segitiga yang diceritakan di sini tidak biasa. Tidak sesederhana kisah cinta segitiga dalam novel lain.


“... Tapi, kamu harus tahu ini, saya paling benci hari Senin. Karena kamu pacar saya yang paling aneh dan sama sekali tidak menarik, jadi saya kasih hari Senin buat kamu. ...” –hal 48

“... Itu palu untuk menghancurkan hati kamu. Supaya kamu tahu seberapa saya sangat tidak mencintai dan tidak menginginkan kamu. Sama sekali tidak.” –hal 48

Lalu, kenapa bisa saya bilang tragis?
Dalam novel ini selain ada konflik percintaan, terdapat pula konflik keluarga, dan lagi-lagi, konflik itu tidak biasa. Malah sungguh luar biasa. Saya sempat berpikir, “kok ada, sih, hidup yang seperti itu? Rumit banget.”.

Saat membaca novel ini, saya seperti diajak melewati jalanan yang mempunyai banyak cabang, kemudian di persimpangan jalan mulai dipertemukan fakta demi fakta (hubungan-hubungan antara konflik satu dengan yang lain). Yang ternyata ini dan itu bersaudara, yang ternyata dia dan dia adalah sepasang suami-istri, dan lain-lain.

Cerita dalam novel ini seperti dipenuhi oleh kisah cinta segitiga. Tapi, apakah novel ini happy ending? Oke, yang belum baca, yuk baca dulu...

Cover novel ini hitam polos dengan dihiasi judul ‘Forever’ berwarna orange, Monday, dan teman-temannya Monday yang dicoret. Kalau disatukan dengan isi ceritanya, ya cocok, mengingat novel ini agak sedikit gelap ceritanya.

Gaya bahasa dalam novel ini cukup ringan, kok. Penokohannya juga terbilang apik. Satu per satu tokoh ditunjukan sifat dan karakternya masing-masing, di antaranya Eras dan Kale yang sama-sama playboy, tapi berbeda. Sudut pandang yang merata. Dalam setiap pergantian bab, berbeda-beda sudut pandang, membuat kita bersimpati terdahadap sang tokoh.

Sepanjang saya membaca novel ini, hati saya terasa berat. Terbawa oleh arus konflik sang tokoh. Dan ketika sang tokoh tidak lagi kuat menghadapi masalah, itu membuat saya menangis. Saya bahkan mencerca Adinata, “Bodoh! Baru nyesel kan kamu? Mau apa kamu sekarang, hah?”
Dan mungkin ini suatu ciri khas dari novelnya Mbak Ruth, yaitu ada tokoh yang mengakhiri hidup.  Karena saya pernah membaca novel Rainbow and Ocean pun begitu.

Di antara mengalirnya cerita ini, ada typo di halaman 111. Di halaman tersebut tertulis Inggi, yang seharusnya Ingga. Di halaman 223 paragraph ke 5 dari atas, “... Kale bisa merasakan senyum gadis itu...”. Itu seharusnya Eras.
           
Selanjutnya, ada beberapa kalimat yang kurang tepat, salah satu contohnya di halaman 140, Ingga sudah sungguh kembali. Mungkin lebih enak dibaca jika Ingga sungguh sudah kembali. Agak mengganggu, sih, waktu membacanya.

Juga, pendeskripsian tempatnya masih kurang kalau menurut saya. Latarnya ada yang dijelaskan, namun kurang.

Saya suka novel ini, sungguh.  Ini kedua kalinya saya banjir air mata membaca novel dalam bentuk cetak. Satunya People Like Us, dan Forever Monday adalah yang kedua.

Saya memberi nilai 4 dari 5. Yeayy! walaupun saya masih belum layak memberi penilaian pada sebuah cerita. Dan sukses terus untuk kak Priscilia. Sudah dua novel dari karya kakak yang saya baca. Satunya Rainbow and Ocean. Saya belum membuat reviewnya. Tapi akan saya buat, kok. Hehe

 
“Ini hari senin, kan? Masih sisa tiga jam, nggak mau ngobrol sama saya, pacar kamu?”

Hidupnya sungguh disinggahi playboy kelas kakap, yang sialnya sangat menggoda iman.

           “Ternyata lo sama aja kayak gue, terlibat cinta segitiga yang menjijikan,”

          “Gila nggak? Seorang playboy kayak aku, dalam hitungan hampir dua bulan jadi seprotektif ini sama kamu. Gila nggak?”


 

  • Ukuran : 13.5 x 20 cm
  • Tebal : 320 halaman
  • Terbit : Oktober 2014
  • Harga : Rp. 62.000,-
  • Cover : Softcover
  • ISBN : 978-602-03-1006-0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar