Baginya cinta dan kasih sayang itu hanya dua hal fantasi yang tak
pernah memberikannya kenangan manis. –hal 137
Judul:
Forever Monday
Pengarang:
Ruth Priscilia Angelina
Penerbit:
PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal:
320 halaman
Ingga
akhirnya mendapatkan hati Senin untuk mnejadi pacar Eras, playboy yang punya
begitu banyak pacar, satu gadis unruk satu hari. Sampai Ingga bertemu Kale,
playboy lainnya yang berparas tampan
Kale mengubah hidup Ingga,
memberikan warna di hari-hari kelam gadis itu, mengajarinya bagaimana
bersenang-senang dan bagaimana menyayangi dirinya sendiri. Kale membuat hati
Ingga jungkir balik, membuat dunia gadis itu porak-poranda dengan segala kasih
sayangnya yang aneh.
Namun itu bukan berarti Ingga telah
berpaling dari Eras. Gadis itu tetap mencintai Eras. Bahkan smpai pada saat
Kale memintanya secara resmi untuk menjadi pacarnya, Ingga tetap mempertahankan
posisinya sebagai pacar hati Senin-nya Eras.
Hari-hari bergulir, di samping kisah
cinta yang rumit, fakta demi fakta bermunculan. Fakta bahwa Eras dan Kale dulu
adalah sahabat dekat. Dendam lama yang disimpan rapi selama bertahun-tahun kini
menuntut pembalasan. Pembalasan yang akan menghancurkan hidup Ingga dan
orang-orang yang disayanginya.
Kata
yang mewakili setelah selesai membaca novel ini hingga selesai adalah:
Menyedihkan, Tragis.
Forever
Monday menjadi novel incaran saya dan akhirnya saya berhasil membelinya dengan
harga yang melebihi harga asli. Harganya dinaikkan sekitar 10% *ah, lupakan.
Ini tak ada hubungannya*
Kenapa
saya bisa bilang bahwa novel ini menyedihkan? Konflik kisah cinta antara Ingga
dan Eras cukup membuat hati nyeri. Percakapan sewaktu mereka berbincang terlalu
blak-blakan, hingga membuat hati saya nyeri. Ditambah munculnya Kale yang
membuat kisah cinta ini menjadi cinta segitia. Namun, cinta segitiga yang
diceritakan di sini tidak biasa. Tidak sesederhana kisah cinta segitiga dalam
novel lain.
“... Tapi, kamu harus tahu ini, saya paling benci hari Senin. Karena kamu pacar saya yang paling aneh dan sama sekali tidak menarik, jadi saya kasih hari Senin buat kamu. ...” –hal 48
“... Itu palu untuk menghancurkan hati kamu. Supaya kamu tahu seberapa saya sangat tidak mencintai dan tidak menginginkan kamu. Sama sekali tidak.” –hal 48
Lalu,
kenapa bisa saya bilang tragis?
Dalam
novel ini selain ada konflik percintaan, terdapat pula konflik keluarga, dan
lagi-lagi, konflik itu tidak biasa. Malah sungguh luar biasa. Saya sempat
berpikir, “kok ada, sih, hidup yang seperti itu? Rumit banget.”.
Saat
membaca novel ini, saya seperti diajak melewati jalanan yang mempunyai banyak
cabang, kemudian di persimpangan jalan mulai dipertemukan fakta demi fakta (hubungan-hubungan
antara konflik satu dengan yang lain). Yang ternyata ini dan itu bersaudara,
yang ternyata dia dan dia adalah sepasang suami-istri, dan lain-lain.
Cerita
dalam novel ini seperti dipenuhi oleh kisah cinta segitiga. Tapi, apakah novel
ini happy ending? Oke, yang belum baca, yuk baca dulu...
Cover
novel ini hitam polos dengan dihiasi judul ‘Forever’ berwarna orange, Monday,
dan teman-temannya Monday yang dicoret. Kalau disatukan dengan isi ceritanya,
ya cocok, mengingat novel ini agak sedikit gelap ceritanya.
Gaya
bahasa dalam novel ini cukup ringan, kok. Penokohannya juga terbilang apik. Satu
per satu tokoh ditunjukan sifat dan karakternya masing-masing, di antaranya
Eras dan Kale yang sama-sama playboy, tapi berbeda. Sudut
pandang yang merata. Dalam setiap pergantian bab, berbeda-beda sudut pandang,
membuat kita bersimpati terdahadap sang tokoh.
Sepanjang
saya membaca novel ini, hati saya terasa berat. Terbawa oleh arus konflik sang
tokoh. Dan ketika sang tokoh tidak lagi kuat menghadapi masalah, itu membuat
saya menangis. Saya bahkan mencerca Adinata, “Bodoh! Baru nyesel kan kamu? Mau
apa kamu sekarang, hah?”
Dan
mungkin ini suatu ciri khas dari novelnya Mbak Ruth, yaitu ada tokoh yang
mengakhiri hidup. Karena saya pernah
membaca novel Rainbow and Ocean pun begitu.
Di
antara mengalirnya cerita ini, ada typo di halaman 111. Di halaman tersebut
tertulis Inggi, yang seharusnya Ingga. Di halaman 223 paragraph ke 5 dari atas,
“... Kale bisa merasakan senyum gadis
itu...”. Itu seharusnya Eras.
Selanjutnya,
ada beberapa kalimat yang kurang tepat, salah satu contohnya di halaman 140, Ingga sudah sungguh kembali. Mungkin
lebih enak dibaca jika Ingga sungguh sudah
kembali. Agak mengganggu, sih, waktu membacanya.
Juga,
pendeskripsian tempatnya masih kurang kalau menurut saya. Latarnya ada yang
dijelaskan, namun kurang.
Saya
suka novel ini, sungguh. Ini kedua
kalinya saya banjir air mata membaca novel dalam bentuk cetak. Satunya People
Like Us, dan Forever Monday adalah yang kedua.
Saya
memberi nilai 4 dari 5. Yeayy! walaupun saya masih belum layak memberi
penilaian pada sebuah cerita. Dan sukses terus untuk kak Priscilia. Sudah dua
novel dari karya kakak yang saya baca. Satunya Rainbow and Ocean. Saya belum
membuat reviewnya. Tapi akan saya buat, kok. Hehe
“Ini hari senin, kan? Masih sisa tiga jam, nggak mau ngobrol sama saya, pacar kamu?”Hidupnya sungguh disinggahi playboy kelas kakap, yang sialnya sangat menggoda iman.“Ternyata lo sama aja kayak gue, terlibat cinta segitiga yang menjijikan,”“Gila nggak? Seorang playboy kayak aku, dalam hitungan hampir dua bulan jadi seprotektif ini sama kamu. Gila nggak?”
- Ukuran : 13.5 x 20 cm
- Tebal : 320 halaman
- Terbit : Oktober 2014
- Harga : Rp. 62.000,-
- Cover : Softcover
- ISBN : 978-602-03-1006-0
Tidak ada komentar:
Posting Komentar