Sabtu, 16 Januari 2016

[CERPEN] Telinga Gajah yang Merindu



1.
“Hati-hati ya kalau bicara tentang kakak. Kalau bisa jangan di sekitar kakak. Karena kakak tahu.”
            Aku masih mengingat jelas kalimat yang terbebas dari bibirnya, Igo, senior satu tingkat di atasku. Itu adalah kalimat terakhir yang kudengar setelah pertemuan kami dua minggu lalu. Setelah itu, kami tak pernah saling berhadapan muka lagi, terlebih karena kesibukan dan luasnya area sekolah membuat Dewi Fortuna jarang mempertemukan kami berdua.
            Walaupun begitu, hatiku tak pernah tidur. Masih ada sesuatu yang terbangun di dalam dadaku ini. Ia terbangun karena Igo. Entah sejak kapan, aku tak tahu. Seperti kutu di kepala, ia kuketahui setelah kutu itu membesar dan membuat kepalaku tak nyaman. Aku pun tak nyaman dengan perasaan yang membuat resah ini.