Sabtu, 31 Desember 2016

Cara lolos ARKI Bidang Cerpen

Alhamdulillah suatu kebanggaan sekali untukku karena bisa lolos Akademi Remaja Kreatif Indonesia 2015 dan 2016. Untuk mengikuti lomba yang kini sudah mulai terkenal di kalangan penulis remaja itu nggak mudah, lho. Ada seleksi karya nasional dari seluruh Indonesia dulu, baru kamu bisa mengikuti lomba bergengsi yang dua tahun ini diadakan di Jakarta itu.



Nah, kali ini aku mau bagi-bagi tips bagaimana caraku bisa lolos ARKI tahun kemarin. Walaupun aku nggak menang di kedua tahun itu, setidaknya tips-tips ini bisa sedikit membantu kamu yang mau sekali lolos ARKI. Semoga bermanfaat ya, friends!

1. Pahami Tema
Tema seleksi karya ARKI selalu ditentukan, Friends. Untuk tahun 2015 tema cerpen “Kearifan Lokalku”, sedangkan tahun 2016 “Istimewanya Keluargaku”. Kalian harus benar-benar mengerti maksud dari tema itu.

2. Riset
Setelah kalian paham dengan tema yang ditentukan, untuk kalian yang belum ada ide mau buat apa, segera lakukan riset. Carilah tulisan yang berkaitan dengan tema tersebut. Cari apa pengertian dari kearifan lokal, apa saja kearifan lokal  dari daerah kalian, atau mengenai keluarga yang istimewa itu seperti apa. Riset di google, atau baca-baca buku sampai kalian tahu apa yang mau kalian tulis.

3. Penuhi Kriteria Penilaian Cerpen
Biasanya, kriteria penilaian akan diberi tahu. Nah, kalian harus memenuhi unsur-unsur tersebut.

a)  Terpenuhinya aspek struktur (unsur intrinsik dan ekstrinsik) dan teknik pengisahan.
b)  Kekuatan pengisahan melalui pemanfaatan bahasa Indonesia yang baik dan benar (diksi, kalimat, gaya bahasa).
c)  Kekuatan menghidupkan cerita.
d)  Isi

Untuk isi paling penting, Friends!
- Cerpen yang kamu tulis harus sesuai dengan tema yang ditentukan. Jadi, pastikan dulu sesuai atau tidak ide yang kamu tulis.

- Makna dan/pesan yang disampaikan juga harus jelas. Jangan buat tulisan yang kosong, Friends! Artinya tidak ada pesan yang kamu tulis untuk pembaca.

- Nilai-nilai kehidupan/budaya yang ditawarkan. Nah! Poin ini yang kadang dilupakan, padahal penting. Kalian perlu menyisipkan nilai-nilai budaya. Misalnya cerpenku yang menyisipkan tentang makanan khas Lampung yaitu seruit atau kain tapis.

4. Buat Cerpen yang Unik.
Tidak ada hal yang baru di dunia ini. Tapi, kamu bisa merangkai sebuah ide cerita yang serupa dengan pembawaan yang berbeda. Buatlah cerpen yang enak untuk dinikmati, juga punya keunikan sehingga karya kamu bisa lolos dalam penyeleksian.

5. Editing
Penuhi persyaratan karya ya, Friends. Diketik sampai berapa halaman, berapa jarak spasinya, dan lain-lain. Jangan mengabaikan ini karena persyaratan ini memudahkan juri untuk membaca karya kamu. Dan yang paling penting adalah EYD! Perhatikan titik, koma, tanda seru. Semakin rapi, tulisanmu semakin mempunyai nilai tambah..


So, itu beberapa tips dari aku. Kalau kurang jelas bisa tanya-tanya ke aku. Jangan malu, jangan sungkan, please. Karena aku lebih suka kalau ditanya-tanyain. Hehehe.

Jumat, 30 Desember 2016

Cerpen ARKI 2015 [Tapis Mengajarkan Kehidupan]



Heloh everybadeh!
Waduh, tahun 2016 dalam beberapa jam lagi akan berakhir nih. Dan blogku baru kuisi empat tulisan saja di tahun ini. Wah, berarti aku sangat nonproduktif ya. Untuk cerpen saja kurang dari lima yang kuhasilkan di tahun ini.

Apa saja yang sudah kulakukan? Well, kuakui bahwa aku banyak membuang-buang waktu di tahun ini. Aku terlalu fokus dengan dunia nyata hingga dunia imajinasi tidak lagi kuselami. Untuk kamu yang sama kayak aku, cepat-cepat balik ke dunia imajinasi deh. Nyesel nanti kamu terlalu fanatik dengan dunia nyata. Hehehe.

Baiklah, dalam tulisan ini aku bakal nunjukin cerpenku yang lolos ARKI 2015. Untuk yang cerpen yang lolos ARKI 2016, nanti dulu yah. Cerpen itu masih secret. Hehehe.


Jangan lupa komentar ya! Atau kalau mau tanya-tanya juga boleh. Jangan malu, jangan sungkan, please. Karena aku lebih suka kalau ditanya-tanyain. Hehehe.

Rabu, 06 April 2016

[CERPEN] Pasar Malam

Keramaian penuh sesak, permainan hiburan yang terus melaju ketika yang ingin dihibur menaiki, lesehan orang-orang berjualan, semua itu tampak hina di mata Widoyo. Teriakan-teriakan rayuan gombal para penjual membuat matanya mendelik, sedangkan suara motor gestrek memekakkan telinga hingga terasa ingin menangkupkan sepasang tangan di kedua telinganya itu. Ia kesumat! ia benci pasar malam.

Kamis, 31 Maret 2016

Salam Terakhir

Kutahu diri ini bukanlah apa-apa untukmu. Tidak untuk kaukenal, tidak pantas untuk kauberi senyuman bahagia. Mata indahmu bagai berlian yang bahkan jika dilihat dengan cara terjungkal balik pun akan tetap menawan. Bahumu sejajar, aku ingin bersandar di sana, walaupun kini sudah tak bisa lagi. Sudah terlambat...

Kamis, 17 Maret 2016

[CERPEN] Remind Me

 Kami berpandangan dalam beberapa detik. Kemudian ia memutuskan kontak mata di antara kami, dan masuk ke dalam rumahnya. Rumah Arin masih sama. Halaman depan yang penuh dengan berbagai macam jenis bunga, hanya saja dindingnya sudah berubah warna menjadi cat biru muda.
Aku bernafas berat, dan melanjutkan perjalanan menuju rumahku yang jaraknya tak jauh lagi. Arin tumbuh dengan sangat baik setelah sepuluh tahun kami terakhir bertemu. Rambut hitam mulusnya tergerai dan wajahnya terlihat bersinar tanpa ada kotoran apapun, semacam jerawat. Dan dia tak mengenalku, terlihat dari ekspresi tak acuhnya selepas melihatku beberapa menit yang lalu. Aku benci ini! Sungguh. Aku benci ketika aku mengenal seseorang, tetapi orang itu tidak mengenalku setelah beberapa lama tak bertemu. Termasuk dalam kasus Arin, teman semasa kecilku.
Aku merasa jengkel, merasa tak dipedulikan.

Sabtu, 16 Januari 2016

[CERPEN] Telinga Gajah yang Merindu



1.
“Hati-hati ya kalau bicara tentang kakak. Kalau bisa jangan di sekitar kakak. Karena kakak tahu.”
            Aku masih mengingat jelas kalimat yang terbebas dari bibirnya, Igo, senior satu tingkat di atasku. Itu adalah kalimat terakhir yang kudengar setelah pertemuan kami dua minggu lalu. Setelah itu, kami tak pernah saling berhadapan muka lagi, terlebih karena kesibukan dan luasnya area sekolah membuat Dewi Fortuna jarang mempertemukan kami berdua.
            Walaupun begitu, hatiku tak pernah tidur. Masih ada sesuatu yang terbangun di dalam dadaku ini. Ia terbangun karena Igo. Entah sejak kapan, aku tak tahu. Seperti kutu di kepala, ia kuketahui setelah kutu itu membesar dan membuat kepalaku tak nyaman. Aku pun tak nyaman dengan perasaan yang membuat resah ini.