Senin, 13 April 2015

Menciptakan Hidup Bahagia

"Anak kecil lebih mudah belajar menulis bila menggunakan pensil besar. Demikian pula dengan kita. Lebih mudah menciptakan hidup bahagia jika kita memiliki impian yang besar."
***

Dalam dongeng, tokoh yang beruntung dan disenangi selalu ditampilkan sebagai lawan dari tokoh yang terkutuk dan dibenci. Dewasa ini, kita masih cenderung percaya akan adanya orang yang beruntung dan terkutuk. Kita sering percaya pada kutukan, contohnya kita sering mengatakan, “Tidak heran kalau akhirnya begitu....”, atau, “saya sudah tahu itu tidak mungkin terjadi.” Kita juga percaya bahwa hidup bahagia itu seperti takdir, misalnya saat kita lihat orang lain sukses dalam karir, pindah ke apartemen baru dengan pemandangan indah, dan kemudian menikah dengan pria yang gagah bak Sir Lancelot, sang pahlawan meja bundar dalam legenda Raja Arthur. Keberuntungan orang lain kadang membuat kita percaya bahwa beberapa orang memang memiliki dewa pelindung yang melindungi mereka sepanjang waktu. Sedangkan dewa pelindung kita sendiri telah mengambil pensiun dini.

Namun, kenyataan tidaklah sesuai dengan dongeng. Orang-orang yang kelihatannya memiliki hidup yang berbahagia sebenarnya tidak memperoleh bantuan gaib. Mereka tidak lebih baik atau lebih cerdas dibandingkan orang lain. Orang-orang itu entah sadar atau tidak, hanya menerapkan semua sikap, sifat, dan kemampuan yang menciptakan lingkungan hidup harmonis.

Jika kita menerapkannya sejak masih muda, kita telah melangkah maju lebih dahulu. Namun, kita oun bisa mulai mempelajarinya, menikmati keuntungannya, dan bahkan mungkin lebih menghargainya. Tidak penting sejak kapan kita menerapkan prinsip-prinsip positif tersebut, karena dengan menerapkannya saja sudah mencitakan kehidupan yang bahagia, kaya, penuh makna, dan terkontrol. Anjuran-anjuran berikut adalah langkah awal untuk menerapkan faktor-faktor yang menciptakan hidup bahagia sesuai impian kita:

1. Tengok kembali segala keajaiban yang telah kita alami.
Dari mana kita berasal? Apa yang kita banggakan? Apa yang dapat kita lakukan? Apa yang telah kita saksikan selama ini? Siapa saja yang telah kita tolong? Orang-orang hebar seperti apa yang menjadi teman, pasangan, atau anak-anak kita? Inilah aset kita. Sadarilah dan syukurilah. Tak ada yang lebih menyedihkan daripada melihat seseorang yang memiliki cukup peluang untuk membuat hidup bahagia, tetapi tidak dapat melihatnya.

2. Kemudian, renungkanlah keadaan saat ini.
Berapa banyak waktu, usaha, dan perhatian yang kita curahkan untuk meraih keberhasilan dalam hal-hal yang paling penting, seperti hubungan yang harmonis, pengalaman, dan aspiras terbaik? Orang-orang yang sangat sensitif, biasanya cenderung tidak mau memberikan perhatian yang besar pada hal tersebut, karena teralu nyata dan terlalu berisiko. Sebenarnya, kita cukup mengalihkan prioritas dan tidak perlu seharian penuh melakukannya. Ciptakanlah hidup bahagia hanya dengan melakukan nenerapa hal yang sebelumnya belum pernah dilakukan luangkan waktu untuk itu dan tinggalkan kegiatan yang tidak berguna sama sekali. Setelah itu, kita baru bisa menyelesaikan yang lainnya dengan cara yang tepat.

3. Akhirnya, tentukan seperti apa hidup bahagia yang kita inginkan.
Ini hanyalah sebuah ide saja. kita bukannya diminta membangun sesuatu yang tak bisa diubah seperti tembok rumah. Kita bisa mengubah cara pandang hidup, kapan saja kita suka. Pada tahap ini, jangan ubah dulu sudut anda. Bila anak kecil lebih mudah belajar menulis bila menggunakan pensil besar. Demikian pula dengan kita. Lebih mudah menciptakan hidup bahagia jika kita memiliki impian yang besar.


Diambil dari buku Bahagia dalam Kesibukan-Victoria Moran. Penerbit Erlangga

8 komentar:

  1. hidup bahagia pada akhirnya kita sendiri yang menentukan.
    karena hidupnya kan... hidup kita. bersyukur dan mau berusaha akan membawa kita pada kebahagiaan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar. karena memang arah hidup ada pada diri kita sendiri:)

      Hapus
  2. Nice post,...
    Sudut pandang saya berubah setelah membaca postingan ini. saya dulu percaya bahwa hidup itu tak perlu direncanakan, tak perlu mengejar target-target layaknya mengikuti nasihat orang barat. Dulu saya yakin, karena dengan terlalu percaya kepada kemampuan diri, bahwa segalanya ditentukan oleh “diri kita sendiri” justru berbalik dengan kenyataan. Alasannya? Karena semua target kita tak pernah “seutuhnya” sesuai apa yang “kita pikir”, kita “rencanakan”.

    Tapi bagaimana pun, saya tak hendak mengambil intisari menjadi orang yang “seutuhnya” percaya pada takdir, dan tak “seutuhnya” percaya kepada takdir dikendalikan kita. Saya mengambil jalur tengah saja, karena saya makhluk yang beragama. Yang yakin ada kekuatan Tuhan di atas kemampuan kita, yang menggerakan sikap, keinginan dan hati.

    Jadi, cukup beruntung sya baca postinga ini. bahwa memang benar semua hidup kita ditentukan oleh diri kita sendiri. “wa an laisa lil insaani illa maa sa’a”, ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. allhamdulilah bisa berguna untuk anda. hehe:)

      Hapus
  3. Saya rekomendasikan buku Tuhan Tak Pernah Tidur, salah satu buku favorit saya, yang menceritakan bagaimana menjadi lebih bahagia. Keliatannya kamu suka baca buku. :)

    Overall, Nice post. If you dont mind, please visit my blog mylifemylesson.blogspot.com. Thank You. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. oke. insya allah nanti akan saya baca, mbak:)

      Hapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. bagi saya kebahagiaan adalah hal yang harus kita ciptakan sendiri. sederhananya bahagia bagi saya adalah, "ini loh hidup gue, gue suka, gue nyaman, dan gue berdyukur."

    BalasHapus