Ketika kita berhenti membatasi potensi sendiri,
setiap hari akan membawa keberuntungan. Bagaikan sepucuk wesel yang tiba-tiba
terkirim ke pos surat.
***
Waktu saya masih seorang gadis kecil, saya begitu
bangga saat menerima satu lambang kesuksesan sebagai murid balet: sebuah tutu
atau rok jaring warna merah muda. Saya memakainya dengan bangga. Sampai, suatu
Sabtu pagi, saya melihat bayangan saya di depan kaca yang mengelilingi ruangan
tari di sekolah dansa Myldred Lyons. “Lupakanlah tutu itu”, saya berkata pada
diri sendiri. “Engkau terlalu gemuk.”
Sekarang baru saya sadari bahwa saya menggunakan
satu kata yang salah. Tidak ada yang salah dengan tutu itu. Yang patut
dilupakan adalah kata “terlalu” yang biasanya digunakan untuk siapa saja.
contohnya pernyataan seperti, “saya terlalu gemuk.” “saya terlalu bodoh,” “saya
punya terlalu banyak barang,” “saya punya terlalu sedikit uang kontan,” atau
“mungkin saya bisa melakukan........ (isilah tempat yang kodong) tetapi
sekarang saya sudah terlambat.”
Jika anda sering mengucapkan “terlalu”,
lepaskanlah! Jika anda punya banyak kata terlalu, buang semua! Satu-satunya
maksud dari kata ‘terlalu’ adalah untuk menambah rasa sakit pada si pemakai
kata itu sendiri. Jika pernyataan yang getir tersebut tidak menggunakan kata
terlalu, itu sudah dapat menjadi titik awal dari satu perubahan. Dan bukannya
menjadikan alasan untuk merasa perlu dikasihani.
Misalnya, “saya gemuk.” Baiklah. Itu pernyataan
yang benar. Apakah kita ingin menerima tubuh sebagaimana adanya, memusatkan
perhatian pada diri sendiri, dan menyenangi tubuh yang besar itu? Atau kita
ingin membuat perubahan dari dalam maupun dari luar yang dapat membuat
kehidupan dengan tubuh yang lebih langsing menjadi sesuatu yang realistis dan
menyenangkan? Begitu kita menghapus kata “terlalu,” pilihannya ada pada diri
kita.
Atau pertimbangkan perkataan, “sudah terlambat.”
Sebenarnya tidak terlalu terlambat untuk belajar tarian salsa, menabung untuk
liburan ke Bali, atau memasang iklan di kolom jodoh! Jika kita tidak
menggunakan kata “terlambat,” kita dapat melihat kenyataan bahwa beberapa waktu
telah lewat sejak pertama kali kita punya ide/keinginan tersebut. Namun jika
kita dari sekarang memulai prosesnya, kita tidak akan kehilangan waktu lagi.
Perhatikanlah untuk tidak menggunakan kata
“terlambat” lagi. Perkataan ini menggambarkan pola penyangkalan diri yang tidak
akan menjadikan diri kita lebih baik. Juga berhati-hatilah untuk tidak
menggunakan kata “terlalu” terhadap orang di sekitar kita. Khusunya, mereka
yang selalu meminta petunjuk dan keyakinan dari kita, seperti pegawai,
mahasiswa, atau anak-anak.
Jika kita berhenti membatasi potensi yang kita
miliki, hari-hari akan membawa makna yang berarti. Kata “terlalu” dan
“terlambat” adalah sebuah pembatas hidup yang utama. Carilah cara yang dapat
membaut situasi dan keadaan berkembang tanpa dua kata tersebut. Dengan
demikian, kita dapat bebas menemukan jalan alternatif, kejutan yang
menyenangkan, atau bakat yang tersembunyi.
Diambil dari buku Bahagia dalam Kesibukan-Victoria
Moran. Penerbit Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar