Karena
intinya tetap satu: sama-sama maling. -hal 99
Judul: Rust in Pieces
Penulis: Nel Falisha
Penerbit: Ice Cube – KPG (2015)
Tebal: 224 halaman
Genre: young adult, realistic fiction
ISBN13: 9789799108333
Harga: Rp 48.000
Tebal: 224 halaman
Genre: young adult, realistic fiction
ISBN13: 9789799108333
Harga: Rp 48.000
“Pantas
belakangan ini pernak-pernikku hilang satu-satu.
Ternyata dia
pelakunya!” Sarah menunjuk-nunjuk ke arah Tiana.
Yunita
memicingkan mata dan melipat lengan di depandada.
Pom-pom merah
jambu tergeletak di kakinya.
“Baru kemarin
ikat rambut favoritku hilang.”
“Bukan gitu, aku
cuma mau pin—”
“Nonsense!”
cetus Sarah.
Yunita
menyeringai puas. “Kamu klepto, Ti.”
Usaha Tiana mempertahankan popularitas
di SMP sia-sia setelah aksi mengutilnya dipergoki teman-teman di klub pemandu
sorak. Tak hanya didepak dari klub, ia juga harus menerima julukan Miss K alias
Miss Klepto hingga lulus sekolah. Namun Tiana tidak bisa berhenti
mengutil. Ia frustrasi dan memutuskan
untuk menghindar dari teman-teman lamanya dengan
memilih SMA yang berbeda. Sayangnya,
prediksi Tiana meleset. Masih ada Dinda yang di SMP dulu ikut memusuhinya
setelah aib Tiana terbongkar. Ada Stefan yang terkenal kepo dan tahu ada yang
tak beres dengan Tiana. Ada Sherry yang sering memperhatikan
Tiana dari jauh. Ada Ardhan yang cuek
tapi berani bicara frontal. Semua orang tampaknya mencurigaitindak-tanduk
Tiana. Tiana pun sadar ada yang salah dengan dirinya.
Namun Tiana tetap tak
mampu mengendalikan jari-jarinya.
Alhamdulillah, akhirnya novel ini kebeli
sama saya. Saat melihat buku ini di toko buku, saya kaget. Bukan, bukan karena
covernya yang sedikit horror. Tapi saya memang selalu kaget kalau melihat buku
incaran terpampang di toko buku *Yaelah, kirain ngapa*
Oke, Rust in Pieces ini telah menarik
hati saya dari masalah utama yang dihadapi sang tokoh, Tiana. Dia kleptomania
dan dia adalah orang yang tidak percaya diri, sampai-sampai muntah di depan
kelas karena demam panggung. Yah, sama, sih, seperti saya. Saya kalau disuruh
maju ke depan kelas, pasti serasa ingin muntah. Tapi nggak beneran.
Gaya bahasa dari cerita ini ringan,
mengingat ini novel remaja. Dan saya suka itu. Ceritanya sangat mengalir. Dan
pengangkatan kisah dalam novel ini membuat saya ingin mengahabiskan sampai
halaman terakhir, walaupun itu memang adegan sehari-hari dari seorang murid
SMA.
Ia
harus yakin bahwa di dunia ini ada orang-orang yang bisa ia percaya, meskipun
sedikit. –hal 204
Well, ada beberapa kesamaan diri saya
dengan Tiana. Selain demam panggung, saya juga selalu berpikir negative.
Memang, pikiran negative adalah racun berbahaya agar orang tak percaya diri.
Tapi, dari novel ini saya belajar bahwa segala hal buruk yang kemungkinan kita
bayangkan, hanyalah pola pikir kita saja. Dan untuk saya sendiri, saya masih
belum bisa menghilangkan negative
thinking itu.
“Ti, kamu tuh bersinar. Sekarang sinarnya
emang redup, tapi suatu saat, sinarmu bakal jadi jauh lebih terang. Soalnya
saat itu, kamu udah nggak pakai pura-pura, kebohongan, atau paksaan lagi. Iya,
kan? –hal 125
Tadinya saya suka tokoh Stefan yang
perhatian terhadap Tiana. Sampai-sampai dia akan saya jadikan tokoh favorit. I like you, Stefan, but I hate you too!. Saya sudah terlanjur ikut sakit hati ketika
Tiana mengira dirinya di-PHP’in sama Stefan. Pokoknya kalau baca bab 14 sampai
16 itu, tuh, nguras emosi. Hati saya ikut teriris. Dan ketika di akhir bab 16,
saya merasa agak kecewa karena kurang puas. Entah puas apa. Mungkin saya pengin
kisah cintanya Tiana terjawab, sama Stefan atau sama Ardhan? *lupakan saja*
Jadi, saya sangat suka novel ini. Tapi
saya rasa, saya belum cukup layak memberi nilai. Tapi, tapi, saya beri 4,5 dari
5, deh. Love it!
Siapkah ia untuk menerima kenyataan
mengenai apa yang terjadi pada dirinya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar