Judul: In
a Blue Moon
Pengarang: Ilana Tan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2015
Tebal: 320 halaman
“Apakah kau masih membenciku?”
“Aku heran kau merasa perlu bertanya.”
Lucas Ford pertama kali bertemu dengan Sophie Wilson di bulan Desember pada tahun terakhir SMA-nya. Gadis itu membencinya. Lucas kembali bertemu dengan Sophie di bulan Desember sepuluh tahun kemudian di kota New York. Gadis itu masih membencinya. Masalah utamanya bukan itu—oh, bukan!—melainkan kenyataan bahwa gadis yang membencinya itu kini ditetapkan sebagai tunangan Lucas oleh kakeknya yang suka ikut campur.
Lucas mendekati Sophie bukan karena perintah kakeknya. Ia mendekati Sophie karena ingin mengubah pendapat Sophie tentang dirinya. Juga karena ia ingin Sophie menyukainya sebesar ia menyukai gadis itu. Dan, kadang-kadang—ini sangat jarang terjadi, tentu saja—kakeknya bisa mengambil keputusan yang sangat tepat.
“Aku heran kau merasa perlu bertanya.”
Lucas Ford pertama kali bertemu dengan Sophie Wilson di bulan Desember pada tahun terakhir SMA-nya. Gadis itu membencinya. Lucas kembali bertemu dengan Sophie di bulan Desember sepuluh tahun kemudian di kota New York. Gadis itu masih membencinya. Masalah utamanya bukan itu—oh, bukan!—melainkan kenyataan bahwa gadis yang membencinya itu kini ditetapkan sebagai tunangan Lucas oleh kakeknya yang suka ikut campur.
Lucas mendekati Sophie bukan karena perintah kakeknya. Ia mendekati Sophie karena ingin mengubah pendapat Sophie tentang dirinya. Juga karena ia ingin Sophie menyukainya sebesar ia menyukai gadis itu. Dan, kadang-kadang—ini sangat jarang terjadi, tentu saja—kakeknya bisa mengambil keputusan yang sangat tepat.
Yeah!!! Akhirnya saya bisa membaca karya
terbaru kak Ilana Tan di tahun bersamaan terbitnya In a Blue Moon, tahun 2015.
Semenjak membaca tetralogi 4 musim, yang sewaktu itu dari pdf *maafkan saya,
waktu itu masih suka yang gratisan*, saya jadi sangat tertarik dengan karyanya
kak Ilana Tan. Hingga saya membeli novel-novelnya yang lain.
Tak bisa saya pungkiri, ketika novel
In a Blue Moon sudah ada di tangan saya, saya merasa takjub. Juga, ketika saya
mengelilingi toko buku, banyak sekali novel ini dipampang. Tidak hanya ada di
satu blok/rak saja.
Di toko buku, saya membeli empat buku yang berbeda.
Awalnya saya bingung ingin membaca yang mana dulu. Akhirnya saya putuskan novel
In a Blue Moon yang paling akhir. Bukan, bukan karena novel ini saya kira
jelek. Tapi, saya ingin penutup yang manis. Ya, saya tahu setiap karya kak
Ilana Tan selalu bercerita manis dan hangat.
Oke, berhenti curhatnya. Yuk kita bahas!
“Aku membencimu.”
“Tidak, kau tidak membenciku,” –hal 144
Membahas kisah cinta antara Sophie dan
Lucas, sebenarnya sedikit membingungkan. Lucas bilang kepada orang lain bahwa
Sophie tunangannya. Tapi Sophie terkadang menolak disebut seperti itu, namun
terkadang ia juga menerima. Dan mungkin, jika saya menjadi Sophie, saya akan
bingung juga kali, ya..
Sebenarnya, Kak Ilana Tan mengambil
cerita yang bisa dibilang tidak baru. Yaitu perjodohan.Jika dilihat dari
blurbnya, terkesan sudah pasaran; sepasang manusia jodohkan, lalu saling
membenci. Tapi yakinlah, perjodohan dari cerita In a Blue Moon berbeda.
Covernya menarik sekali. Berwarna biru
sebagai penanda malam terang bulan, dan toko kue A Piece of Cake yang dihias
untuk malam natal. Fontnya pun cocok.
Gaya penulisan kak Ilana Tan pun masih
saya kenali. Dan ini masih sama dengan gaya penulisan Tetralogi 4 musim;
menampilkan sudut pandang yang merata, terkesan lambat namun hangat dan manis,
dialognya yang khas Ilana Tan sekali. Argh! Saya ngefans deh sama kak Ilana.
Hahaha..
“Maksudmu keinginan kakekku agar kita menikah dan memberinya selusin cicit?” –halaman 165
Ya, memang penulisan dan peningkatan ceritanya
terkesan lambat. Tapi adegan-adegan yang tertuliskan terasa manis dan tidak
sia-sia. Dalam In a Blue Moon, kak Ilana Tan berhasil membuat pembacanya
tersenyum-senyum sendiri ketika membaca novel ini. Tokoh lelakinya selalu
membuat pembaca terpikat.
Latarnya yang ada di New York tidak
terkesan sebagai tempelan saja. Namun untuk konflik. Kenapa saya merasa
konfliknya agak kurang, ya? Barangkali bisa lebih memuncak lagi.
Typo.. typo nggak ada dalam novel ini.
Yang artinya, bebas dari salah ketik. Kalimat-kalimatnya pun tidak membingukan
pembaca.
Novel In a Blue Moon memang tak membuat
saya menangis tersedu-sedu atau memberatkan hati saya ketika membacanya. Namun
jangan tahan senyuman lebar anda ketika selesai membaca novel ini. Saya pun
histeris ketika membaca endingnya. Rasanya ingin menjerit bahagia. Tapi, saya
nanti dikira orang gila jerit sendiri di dalam kamar:D
“aku benar-benar menyukai kenyataan bahwa kini aku bisa memelukmu kapan saja dan di mana saja sesuka hatiku,” –hal 275
Saya
memberi nilai 5/5!
Karena saya masih belum bisa move on
dari kisah manisnya Sophie dan Lucas setelah keesokan harinya ketika saya
menulis review ini, jadi saya memberi nilai 5/5.
Ng.. Apakah kak Ilana Tan membaca review
saya ini? Ah, entahlah.. Dari sekian banyak review yang tersebar di lautan google,
rasa-rasanya kak Ilana Tan tak akan membaca review saya. Tapi, tulisan kak
Ilana Tan ini banyak menarik diri saya. Menarik untuk lebih giat menulis agar
seperti dirinya. Cerita yang kak Ilana Tan tulis mungkin sederhana, tapi ini berbeda.
Dimulai dari tetralogi, merekalah yang menginspirasi saya. Dalam tugas sekolah
B.Inggris saat membuat personal letter,
kak Ilana Tan-lah yang pertama kali melintas di otak saya. Personal letter saya panjang. Tapi saya nggak tahu mau ngirim ke
mana. Jadi, tetap masih tertulis di buku tulis yang akan usang dimakan waktu.
So, Ilana Tan is sweet.
Jangan-jangan kak Ilana Tan ini adalah
orang yang romantis. Hehe
Stars: 5/5
Wishlist...
BalasHapusPengen beli belum kesampaian -_-