Sabtu, 20 Juni 2015

Review Novel In a Blue Moon - Ilana Tan

Judul: In a Blue Moon
Pengarang: Ilana Tan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2015
Tebal: 320 halaman











“Apakah kau masih membenciku?”
“Aku heran kau merasa perlu bertanya.”


Lucas Ford pertama kali bertemu dengan Sophie Wilson di bulan Desember pada tahun terakhir SMA-nya. Gadis itu membencinya. Lucas kembali bertemu dengan Sophie di bulan Desember sepuluh tahun kemudian di kota New York. Gadis itu masih membencinya. Masalah utamanya bukan itu—oh, bukan!—melainkan kenyataan bahwa gadis yang membencinya itu kini ditetapkan sebagai tunangan Lucas oleh kakeknya yang suka ikut campur.

Lucas mendekati Sophie bukan karena perintah kakeknya. Ia mendekati Sophie karena ingin mengubah pendapat Sophie tentang dirinya. Juga karena ia ingin Sophie menyukainya sebesar ia menyukai gadis itu. Dan, kadang-kadang—ini sangat jarang terjadi, tentu saja—kakeknya bisa mengambil keputusan yang sangat tepat.




Yeah!!! Akhirnya saya bisa membaca karya terbaru kak Ilana Tan di tahun bersamaan terbitnya In a Blue Moon, tahun 2015. Semenjak membaca tetralogi 4 musim, yang sewaktu itu dari pdf *maafkan saya, waktu itu masih suka yang gratisan*, saya jadi sangat tertarik dengan karyanya kak Ilana Tan. Hingga saya membeli novel-novelnya yang lain.

Tak bisa saya pungkiri, ketika novel In a Blue Moon sudah ada di tangan saya, saya merasa takjub. Juga, ketika saya mengelilingi toko buku, banyak sekali novel ini dipampang. Tidak hanya ada di satu blok/rak saja.

Di toko buku, saya membeli empat buku yang berbeda. Awalnya saya bingung ingin membaca yang mana dulu. Akhirnya saya putuskan novel In a Blue Moon yang paling akhir. Bukan, bukan karena novel ini saya kira jelek. Tapi, saya ingin penutup yang manis. Ya, saya tahu setiap karya kak Ilana Tan selalu bercerita manis dan hangat.

Oke, berhenti curhatnya. Yuk kita bahas!     


            “Aku membencimu.”

“Tidak, kau tidak membenciku,” –hal 144

Membahas kisah cinta antara Sophie dan Lucas, sebenarnya sedikit membingungkan. Lucas bilang kepada orang lain bahwa Sophie tunangannya. Tapi Sophie terkadang menolak disebut seperti itu, namun terkadang ia juga menerima. Dan mungkin, jika saya menjadi Sophie, saya akan bingung juga kali, ya..

Sebenarnya, Kak Ilana Tan mengambil cerita yang bisa dibilang tidak baru. Yaitu perjodohan.Jika dilihat dari blurbnya, terkesan sudah pasaran; sepasang manusia jodohkan, lalu saling membenci. Tapi yakinlah, perjodohan dari cerita In a Blue Moon berbeda.

Covernya menarik sekali. Berwarna biru sebagai penanda malam terang bulan, dan toko kue A Piece of Cake yang dihias untuk malam natal. Fontnya pun cocok.

Gaya penulisan kak Ilana Tan pun masih saya kenali. Dan ini masih sama dengan gaya penulisan Tetralogi 4 musim; menampilkan sudut pandang yang merata, terkesan lambat namun hangat dan manis, dialognya yang khas Ilana Tan sekali. Argh! Saya ngefans deh sama kak Ilana. Hahaha..


“Maksudmu keinginan kakekku agar kita menikah dan memberinya selusin cicit?” –halaman 165

Ya, memang penulisan dan peningkatan ceritanya terkesan lambat. Tapi adegan-adegan yang tertuliskan terasa manis dan tidak sia-sia. Dalam In a Blue Moon, kak Ilana Tan berhasil membuat pembacanya tersenyum-senyum sendiri ketika membaca novel ini. Tokoh lelakinya selalu membuat pembaca terpikat.

Latarnya yang ada di New York tidak terkesan sebagai tempelan saja. Namun untuk konflik. Kenapa saya merasa konfliknya agak kurang, ya? Barangkali bisa lebih memuncak lagi.

Typo.. typo nggak ada dalam novel ini. Yang artinya, bebas dari salah ketik. Kalimat-kalimatnya pun tidak membingukan pembaca.

Novel In a Blue Moon memang tak membuat saya menangis tersedu-sedu atau memberatkan hati saya ketika membacanya. Namun jangan tahan senyuman lebar anda ketika selesai membaca novel ini. Saya pun histeris ketika membaca endingnya. Rasanya ingin menjerit bahagia. Tapi, saya nanti dikira orang gila jerit sendiri di dalam kamar:D


“aku benar-benar menyukai kenyataan bahwa kini aku bisa memelukmu kapan saja dan di mana saja sesuka hatiku,” –hal 275

Saya memberi nilai 5/5!
Karena saya masih belum bisa move on dari kisah manisnya Sophie dan Lucas setelah keesokan harinya ketika saya menulis review ini, jadi saya memberi nilai 5/5.

Ng.. Apakah kak Ilana Tan membaca review saya ini? Ah, entahlah.. Dari sekian banyak review yang tersebar di lautan google, rasa-rasanya kak Ilana Tan tak akan membaca review saya. Tapi, tulisan kak Ilana Tan ini banyak menarik diri saya. Menarik untuk lebih giat menulis agar seperti dirinya. Cerita yang kak Ilana Tan tulis mungkin sederhana, tapi ini berbeda. Dimulai dari tetralogi, merekalah yang menginspirasi saya. Dalam tugas sekolah B.Inggris saat membuat personal letter, kak Ilana Tan-lah yang pertama kali melintas di otak saya. Personal letter saya panjang. Tapi saya nggak tahu mau ngirim ke mana. Jadi, tetap masih tertulis di buku tulis yang akan usang dimakan waktu.

So, Ilana Tan is sweet.
Jangan-jangan kak Ilana Tan ini adalah orang yang romantis. Hehe

Stars: 5/5

1 komentar: