1.
“Hati-hati
ya kalau bicara tentang kakak. Kalau bisa jangan di sekitar kakak. Karena kakak
tahu.”
Aku
masih mengingat jelas kalimat yang terbebas dari bibirnya, Igo, senior satu
tingkat di atasku. Itu adalah kalimat terakhir yang kudengar setelah pertemuan
kami dua minggu lalu. Setelah itu, kami tak pernah saling berhadapan muka lagi,
terlebih karena kesibukan dan luasnya area sekolah membuat Dewi Fortuna jarang mempertemukan kami
berdua.
Walaupun
begitu, hatiku tak pernah tidur. Masih ada sesuatu yang terbangun di dalam
dadaku ini. Ia terbangun karena Igo. Entah sejak kapan, aku tak tahu. Seperti
kutu di kepala, ia kuketahui setelah kutu itu membesar dan membuat kepalaku tak
nyaman. Aku pun tak nyaman dengan perasaan yang membuat resah ini.